Oleh:

Zulkifli, S.Farm., M.Kes

Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

Dosen Prodi Sarjana Farmasi FKIK Unismuh Makassar

PensilRakyat  —  Sangat sering terjadi disekitar kita, ketika menderita penyakit atau gejala penyakit yang sama dan mendapatkan pengobatan yang sama tapi pada akhirnya efek yang ditimbulkannya ada yang sembuh dan ada pula yang tidak sembuh. Sehingga kadang akan muncul pertanyaan, “Kok bisa yah, kamu sembuh sedangkan saya tidak, padahal sakit dan obat kita sama?”.

Nah, jika kita memandang hal ini dengan logika, seharusnya dengan penyakit yang sama dan pengobatan yang sama, seharusnya penyakit tersebut akan sembuh.

Memang benar, banyak yang mempengaruhi suatu obat itu akan memberikan efek diantaranya umur, jenis kelamin, genetik, lingkungan dan masih banyak yang lainnya.

Namun pengaruh genetiklah yang mungkin sering kita sepelekan tapi ternyata memberikan suatu andil besar dalam suatu obat dapat memberikan efek suatu obat.

Pengobatan merupakan salah usaha yang secara luas kita gunakan untuk mengatasi suatu penyakit atau dalam memelihara serta memulihkan kesehatan kita.

Kemajuan bidang teknologi serta kesehatan khususnya dalam penelitian ilmiah begitu berkembang sangat pesat membantu kita untuk dapat mendukung masalah pengobatan yang telah ada. Dilain sisi, Islam dalam Al Qur’an dan hadits kita temukan beberapa diantaranya yang secara tersirat mengulas dan menguraikan tentang pengobatan terkini.

See also  IDUL QURBAN, KORUPSI DAN ARSIP

Dalam jurnal-jurnal penelitian ilmiah pun begitu banyak yang mengkaji hubungan antara pengobatan, Al Quran dan Hadits.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang banyak memuat ayat-ayat yang mencerminkan ilmu pengetahuan yang luar biasa, meskipun diturunkan pada saat ilmu pengetahuan modern belum ada.

Di dalamnya bukan hanya terkandung petunjuk hidup yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk panduan moral, etika, dan hukum tapi juga ada beberapa yang menguraikan tentang pengobatan, diantaranya dalam Surah Al Isra ayat 82 yang artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”

Ayat ini bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad dan pengikutnya sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan, kekafiran, dan kemunafikan. Al-Qur’an juga merupakan rahmat bagi kaum Muslimin karena memberi petunjuk kepada mereka, sehingga mereka masuk surga dan terhindar dari azab Allah.

Sementara dalam hadits juga ada beberapa yang mengisahkan Rasulullah dalam pengobatan. Diantaranya adalah pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla” (HR.Muslim: 4084, shahih). Ada tiga hal yang dapat dipetik dalam hadits tersebut agar mendapatkan izin dari Allah SWT untuk memperoleh kesembuhan.

See also  Kisruh Hal Perangkat Desa Jenetallasa Memantik Asri Syamsuddin Bicara di Media

Pertama, harus jelas dan tepat dalam penetapan diagnosa penyakitnya. Kedua, obatnya harus tepat dan yang Ketiga, obat tersebut harus tepat dosisnya. Pada hadits ini juga sangat berhubungan dengan apa yang ada pada Al-Qur’an: “Dan apabila aku sakit, Dia menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara : 80).

Sangat berhubungan dengan hadits sebelumnya yang menjelaskan bahwa setiap penyakit akan sembuh dengan jenis obat dan dosis obat yang tepat tentu dengan izin Allah Azza Wajalla.

Hadits tersebut sangat berhubungan dengan salah satu bidang ilmu di farmasi yaitu precision medicine (Pengobatan yang presisi). Precision Medicine merupakan prinsip pengobatan bukan hanya dilihat dari diagnosa penyakitnya saja, tetapi lebih spesifik lagi terhadap tipe gen, lingkungan dan lifestyle pasien sehari-hari.

Pengobatan ini berdasarkan data tersebut sehingga pengobatan yang diberikan benar-benar presisi atau tepat. Sudah ada beberapa negara yang mulai mengaplikasikan sistem pengobatan seperti ini.

Diantaranya Belanda, yang telah memetakan tipe gen masyarakatnya, kemudian negara AS juga saat Presiden Barack Obama juga mengumumkan pentingnya asuransi kesehatan berbasis dengan precision medicine, sehingga istilah ini mulai terkenal dimana-mana.

Pengobatan presisi merupakan sarana untuk dapat menawarkan harapan umat Islam khususnya untuk penyembuhan yang lebih baik dengan menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, spiritualitas, dan hikmah Al-Qur’an dan Hadits.

Pengobatan presisi ini memang di negara kita masih tergolong masih sangat baru, tapi di negara-negara lain seperti Belanda, Amerika Serikat dan lainnya telah lama mengembangkan dan memetakan genetika masyarakatnya.

See also  Moelyadi : "Daerah Tidak Berhak Menerima Yang Merupakan Bagiannya Negara"

Dengan harapan bahwa pengobatan yang diberikan kepada pasien akan lebih tepat dan cepat dalam proses penyembuhannya.

Jika hal ini dapat terealisasi di negara kita, maka dimasa depan, ketika kita menderita suatu penyakit dan sudah tepat diagnosanya, kita hanya cukup membawa semacam kartu yang berisi data tentang fisiologi tubuh kita termasuk genetika dan akan secara otomatis akan muncul obat-obatan apa saja yang cocok ataupun yang tidak cocok.

Tidak ada lagi kata-kata yang muncul, “obatnya tidak manjur” atau “Kok, saya tidak sembuh padahal sudah mengkonsumsi obat” dan tentunya kesembuhan dengan izin Allah SWT.

Dari pembahasan tersebut maka genomik (pengobatan presisi), Alquran, dan Hadits adalah bagian penting dari warisan intelektual umat manusia.

Menggabungkan pengetahuan dan pemahaman dari semua sumber tersebut memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang alam semesta dan kehidupan manusia.

Harmoni antara sains dan agama dapat membawa kita pada kebijaksanaan dan pencerahan yang lebih besar bagi umat manusia. Menemukan rahasia kesembuhan menurut Al-Qur’an dan Hadist memerlukan keimanan kepada Allah SWT, menjaga pola hidup sehat, menggunakan obat-obatan yang tepat, dan mengikuti pengobatan yang terbukti efektif.

Wallahu A’lam bishshawab.